Posted by : Roys Rabu, 29 Mei 2013

Semerbak aroma bunga dalam kerinduan yang melekat dalam jiwa, akan selalu terdengar meski gelombang besar mencoba untuk menghapus segala pertautan, karena hidup ini tak akan pernah terhenti disini, hingga ujung kematian memisahkan diri dari raga. Tak bisa kubayangkan goresan yang siap menyayat jiwa yang penuh dengan kasih sayang, sementara desakan-desakan dari pikiran-pikiran eksternah terus mendesak dan tak mau menerima kenyataan, itulah dimana salah satu temen, Sebut saja namanya Gery (nama fiktif), yang harus melakukan perlawanan secara halus karena tekanan dan kekangan menjadi virus yang harus membuatnya memberontak setiap sesaat. Ketika air mata itu mengundang tangis dan aliran kebencian yang tak berpihak, tersudut dalam arah kegamangan, namun Gery sudah mampu menepis kegamangan itu, sehingga kisah yang terus berjalan dalam pusaran-cinta-untuk-memilih hingga pada akhirnya pelaminan itu menunggunya untuk menuai cinta yang akan seluruhnya tertumpah dalam hati sang pujaan hati. Kemana hati ini akan mencari obat penawar dalam segala luka yang tersayat oleh tradisi yang mengekang, betapa rindu sang ibu tak akan pernah pudar, sebab cinta dan keinginannya yang begitu besar, sehingga nurani itu bagai tergores oleh pisau yang tajam. Waktu terus berjalan, perlahan-lahan Gery mendekati ibundanya, dalam suasana hening Gery berusaha untuk mengutarakan keinginannya soal bagian dari jiwanya yang terbuang oleh adat mereka, Mi...sejenak keheningan terdiam dalam suasana sepi, Ia Ger..sini nak mendekatlah ke Umi...Mi sebenarnya ada hal penting yang ingin kuutrakan pada umi, soal aku, dan hidup yang ingin kujalani, tapi......Sejenak Gery terdiam dan terpaku....tapi apa nak, jawab Uminya...Dengan mengambil nafas panjang, Gery mulai mengutarakan kegelisahan dalam hatinya, Mi...dengan segala hormat, dan permohonan maaf, anakmu ini mungkin selalu membuat kesalahan yang teramat sangat, anakmu ini sering tidak patuh dan melanggar aturan keluarga dengan selalu keluyuran tiap malem, maka malam ini aku bersimpuh dihadapan umi memohon maaf dengan ikhlas dan kerelaan hati. Anakku...maafku dalam hati akan selalu dan terus ada untukmu, cinta dan kasih sayang seorang ibu pada anaknya sampai kapanpun tak akan pernah pudar, maafkan Umi juga anakku, sebab seringkali larangan dan berbagai aturan yang dibuat hanya semata-mata karena cinta dan kasih sayang yang melekat pada diri ini untuk anak-anaknya, bukan untuk siapa anakku...ya, sekarang katakan dan sampaikan pada umi, apa yang engkau ingin utarakan? Kembali keheningan pagi yang sejuk itu menyeruak dalam pikiran Gery, antara ragu dan bimbang untuk mengutarakan perihal isi hati tentang masalah hidup dan masa depannya dengan kekasih sang pujaan hati.. Umi....Gery memulai perkataanya, yang ingin anakmu katakan ini mungkin saja adalah hal yang dibenci atau tidak sesuai dengan harapan keluarga, tetapi apa boleh buat ini merupakan pilihan dan jalan hidupku, apapun resiko yang akan terjadi, tentu anakmu ini sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, sebab cinta, kasih sayang, dan harapanku sudah bulat dan aku putuskan untuk melangsungkannya umi.. ia, apa itu nak...Umi Gery memandang anaknya penuh keheranan, karena tidak biasanya putra busngsunya itu berbicara halus dan sangat sopan, seperti yang terjadi pagi ini. Kecurigaan mulai merayap pada pikiran ibunya Gery.. Gery kembali menarik nafas panjang, sebelum mengutarakan isi hatinya yang sudah lama terkubur dibalik kebohongan-kebohongannya. Gery kembali lagi memulai perkataannya, Umi sekali lagi anakmu ini memohon dan meminta maaf dengan kegala keihlasan dan kerendahan hati, aku sampaikan pada umi sekaligus memohon doa restu dengan penuh harap, bahwa pada bulan mendatang anakmu ini akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih pilihan hati, karena Gery yakin terhadap perempuan yang akan menemani hidup anak umi ini sudah tercipta untukku dan akan selalu menjadi pendamping hidupku, meski keluarga sangat tidak menginginkan hal ini, tetapi ini sudah menjadi pilihan hati, dan InsyAllah ini adalah kehendak yang maha kuasa..Keheningan kembali menyeruak dalam pikiran masing-masing, Ibu Gery terdiam antara percaya dan tidak percaya dengan keputusan anaknya yang tetap dianggap menyalahi kebiasaan dari bangsanya,,. ibu Gery sudah tidak tahan, dan air matanya itu berderai perlahan, mendengar ucapan anaknya, tetapi apa boleh buat keputusan Gery sudah bulat, meski restu ibunya tak mampu Gery genggam untuk dibawa kepelaminan. Sang ibu pun menundukkan kepalanya, selendang yang menjadi kerudung itu pun dibuat untuk mengusap air mata yang mengalir perlahan tanpa henti, bagai aliaran air kecil diparit yang jernih mengalir kesebuah lembah, terasa melayang dan penyesalan kembali dalam alunan jiwa sang ibu..dengan berat hati akhirnya sang ibu berkata, Nak Umi tidak bisa memutuskan, atau bahkan mengamini keputusanmu, tetapi apa yang kamu lakukan,,kasih sayang ibu tidak akan pernah pudar untukmu....

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Blogger templates

- Copyright © Catatan Harian Roys -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -